Hpku oh Hpku

Hpku oh Hpku



“Ini siemens model terbaru, bagus lo Mbak, polyphonic lagi, yg pasti suaranya bagus banget...atau mbaknya mau ini nokia yang paling baru, atau mau yang ini samsung......”, sejak tadi mbak penjual begitu antusias menawariku dengan berbagai model Hp terbaru. Saat aku lihat daftar harga yg terpampang di situ..ups..mana cukup uang yang ada di sakuku.




Aku jadi menggaruk-garuk kepala sendiri, terlebih mengingat pesan-pesan Teteh-teteh di kostan. “Dila..jangan beli merk ... karena..., jangan beli merk ini karena itu ...”. Aku mendesah panjang, sedih kalo punya sifat ‘nggak gampang memutuskan sesuatu’ begini, mau memutuskan beli ini dipikirkan panjanggg dan lamaa, akhirnya nggak jadi, mau yang ini dicari kelebihan kekurangannya sampai sedetil-detilnya, akhirnya nggak jadi juga. Aduh Dila, cepetan putuskan!! Akhirnya aku memutuskan membeli Sony Ericsons yang mungil itu. Bismillah, semoga ia membawa berkah bagi kehidupanku.


Aku sudah berkawan lebih dari 3 bulan dengan sahabat baruku itu dan selama itu semuanya serasa menyenangkan. Namun, akhir-akhir ini aku jadi terganggu dengan dering nyanyiannya di tengah malam. Teteh-teteh di kostan protes semua kepadaku. Seperti malam itu.....


“Treng...treng..tring...trung......”.


Astagfirullah, mataku masih mengantuk beratttt sekali dan mimpi indahku serasa terbang ke angkasa. Siapa lagi yang telepon tengah malam. Segera aku matikan HP-ku dan kudengar suara berisik Teteh-teteh di luar.


“Dilaaa....berisik sekali...!”


“Afwan Teh...”


kubuka pintu kamarku dan kudapati mereka berdiri di depannya.


“Kalo malam matikan aja atuh Dila,” kata Teh Runi


“Kalo ummi telepon malam-malam bagaimana...?”


“Kalo begini kejadiannya kan sudah mengganggu kepentingan umum..”


“bener Dila, tuh lihat Teh Rika, seharian sudah bekerja kan capek, malamnya butuh istirahat, e harus terganggu dengan keisengan temanmu lagi…”


“da Dila mah nggak tahu juga siapa yang telepon…”


“Nah, malah kamunya nggak tahu lagi…”


Sejak malam itu, setiap malam mulai pukul 21.00 HP telah kumatikan. Namun, ternyata si penelepon nggak kapok-kapok juga nggak pagi, nggak siang, nggak sore tetep aja misscall….waaa…..harus segera bertindak nih. Hari itu aku nekat menelepon nomor itu, 081270xxxxx … dan setiap kutelepon selalu terjawab “Anda terhubung ke telkomsel Veronica”. Saat kukirim sms jawabannya sungguh membuat aku mendesah panjang,


“kalo aku bilang siapa aku, kamu juga nggak kenal, aku juga nggak kenal kamu, kan aku iseng aja pencet no sembarangan..ee trus ketagihan..hihihi..”


Ya Allah tolonggg, iseng banget nih orang, semoga dengan kejadian ini aku jadi lebih sabar.


“Ya Allah, saya kira teman saya, jangan diteruskan atuh ketagihannya ya ukh/akh, kalo yg dimisscall-i merasa terzalimi, takutnya jadi dosa loh, oke..?”


Sejak itu dia nggak menghubungi lagi, ah Alhamdulillah. Segalanya jadi kembali seperti dulu. Tidak ada dering telepon di tengah malam dan tidak ada protes Teteh-teteh di kostan. Hem...mentari rasanya bersinar lebih indah sejak hari ini.


“Dila, ayo ke Pasar Baru..”, ajak Teh Rika pagi itu.


Aku masih sedih di kamar memikirkan mimpiku tadi malam….hikss..rasanya sedih sekali.


“Eh kamu kenapa Ukh...?”


“Teh, Dila tadi malam mimpi kehilangan mutiara ...”


Teh Rika tertawa cekikikan, “Ah, Ukhti mimpi kan hanya bunga tidur. Ayo, jangan kekanakan gitu dong!“


“Tapi, rasanya seperti kenyataan ..jangan-jangan Dila akan benar-benar kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup Dila..”, ucapku memelas.


“Ukh, semua yang kita miliki kan bukan milik kita, suatu saat ia akan diambil Pemiliknya.”


Berkali-kali Teh Rika menghiburku hingga aku melupakan mimpi itu dan bersemangat ikut dengannya ke Pasar Baru.


Upss…subhanalloh..rame sekali. Bawaannya sudah pusing melulu melihat manusia sebanyak ini, tapi aku tetap setia mengikuti Teh Rika kemanapun ia melangkah. Sudah lama sekali hingga suatu saat aku teringat bahwa teman kampusku akan menelepon aku siang itu kenapa sampai segini belum juga ada kabar darinya. Kucari-cari HP-ku di dalam tas..loh kok nggak ada..apa tadi nggak kubawa ya..atau…ah nggak boleh suudzon dulu.


Sepulang dari pasar segera kujelajahi seantero kamar kecil itu. Di laci, di rak buku, di almari, di saku jaket, di kolong tempat tidur, di bawah bantal, di bawah kasur, di bawah sprei, di tas, oh tidakkk…ya Allah tolonggggg….HP-KU HILANG!!!! Aku terduduk lemas bersandar di tembok sambil sesenggukan. HP-ku benar-benar hilang.


HP yg hilang mungkin bisa tergantikan, tapi perjuanganku mengumpulkan uang untuk membeli Hp itu tidak akan bisa kulupakan. Uang itu aku kumpulkan sedikit demi sedikit dari honor menulis cerpen di majalah Karisma, dari honor pertama hingga honor bulan ini dan semuanya lenyap.


Teteh-teteh di kostan menghiburku. Ah, kupikir-pikir juga buat apa aku berlarut dalam kesedihan. Bukankah HP itu hanyalah titipan dari Allah dan suatu saat akan diambil kembali. Apakah aku akan berat melepaskannya, apakah aku akan tidak ikhlas, sedangkan di dunia ini aku tidak memiliki apa-apa. Dunia tidak akan berhenti berputar hanya karena HP-ku hilang.


“Dila, kamu teh gimana, kemarin aku telepon terus menerus nggak diangkat-angkat..bla..bla..bla..”, teman kampusku, Putri, mengomeliku habis-habisan siang itu.


“Afwan, Put. HP-ku sudah diambil Pemiliknya”, jawabku singkat.


“ooooooooo”


Setelah Putri, gantian teman-teman di keputrian yang protes karena ada berita penting yang disampaikan lewat sms dan berita itu tidak kujawab-jawab. Seminggu setelah kehilangan HP masih banyak teman-teman yang komplain bahkan ummi ikut-ikutan komplain karena berkali-kali telepon tidak dijawab. Bagaimana lagi, hanyalah kalimat “HP-nya sudah diambil Pemiliknya”, sajalah yang bisa kukatakan.


Hari itu pas 9 hari sejak HP kesayanganku hilang. Aku sedang duduk termenung di bangku taman kampus. Belakangan ini rasanya hari-hari yang berat. Sejak adanya HP itu semua kegiatan kurasakan menjadi lancar, apalagi karena di kostan tidak ada telepon. Dulu setiap ada sesuatu yg harus dibicarakan aku harus rela berjalan beberapa meter untuk mencari wartel, lebih malas lagi kalau sedang hujan. Dengan adanya HP itu ada apa-apa tinggal SMS (maklum kan anak kostan jadi irit sms-an aja). Kini kehidupan kembali seperti dulu, mungkin ini yang terbaik untukku.


Walaupun ummi menawariku untuk membelikan HP yg baru, aku menolak dengan halus. Biarlah aku berjuang untuk membeli HP dengan uang jerih payahku sendiri. Beliau sudah cukup membiayai kuliahku selama ini dan selepas kuliah pun belum tentu aku mudah mendapatkan pekerjaan. Sekali lagi kuhibur diriku, aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Bukankah setiap peristiwa akan ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Lebih baik, aku mencari sisi positif dari kejadian itu. Mungkin, agar aku lebih hati-hati lagi dalam menjaga barang, mungkin agar aku lebih bijak lagi dalam memanfaatkan, mungkin agar aku sadar dari kecintaan terhadap sesuatu yang fana.


Kupandangi alam raya sekitarku. Ah, bunga Sakura begitu indah dan bunganya mulai berguguran di jalanan. Bukankah kehidupan begitu indah. Ayo, Dila bangkit kembali!


Sore itu seperti biasa, setiap Jumat, aku pergi ke redaksi Karisma untuk menyerahkan tulisanku. Ah, aku baru ingat ini milad Karisma yang ke-5. Di sana sedang ada syukuran, tapi sayang sore ini aku ada janji dengan Teteh-teteh di kostan. Aku meminta maaf dan bergegas pergi tapi...


“Dik Dila tunggu sebentar..”, seru Teh Yasmin dari dalam.


Kuhentikan langkahku sebentar dan kutunggu kedatangannya. Teh Yasmin tersenyum manis dan menyerahkan sebuah bungkusan padaku.


“Ini, ada kenang-kenangan dari redaksi”


“Teh Yasmin, apa-apaan ini..”


“Sudah, terima aja, kemarin kami sudah putuskan untuk memberikan hadiah ini karena kami menganggap Dik Dila penulis baru yg paling produktif di majalah kami,”


“Alhamdulillah, makasih ya Teh. Permisi dulu..kasihan Teteh-teteh yg sedang menunggu di kostan”


Sepanjang jalan aku masih menebak-nebak isi bungkusan itu. Andaikan.....sebuah Hp...ups..Dila kok masih mengenang masa lalu sih. Ah, aku hanya bermimpi akan mendapatkan HP yg baru. Setiba di kostan kubuka bungkusan itu dan... Alhamdulillah...rasanya sujud syukur 10 kali pun tidak akan mampu mengekspresikan kegembiraanku, sebuah HP mungil, persis dengan HP-ku yang hilang beberapa hari lalu.


Allah, memang tidak pernah mengecewakan hamba-Nya...:)


Cerpen Islami
Penulis: Humaira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Prev Next home